Sabtu, 09 November 2019

Via Jalan Tol Waktu Tempuh Cikampek-Palimanan Hanya 15 Jam

Dewan Alasan Presiden Papar 5 Hasil Stabilkan Ekonomi

, Jakarta - Ketua Dewan Alasan Presiden (Watimpres) Prof Dr Sri Adiningsih MSc menjelaskan ekonomi Indonesia harus kuat dalam hadapi perang dagang di antara Amerika Serikat serta Cina.

Simak juga: Anggota Wantimpres Agum Gumelar Aksinya di Militer serta Sipil

Ekonomi Indonesia harus mempunyai kekuatan untuk hadapi turbulensi itu. Kestabilan serta mendasar ekonomi Indonesia harus terbangun secara baik, tutur Sri di Jakarta, Senin, 22 Oktober 2018.

Sampai sekarang Indonesia, lanjut ia, sukses meningkatkan perekonomian hingga pengangguran, kemiskinan, serta ketimpangan makin sedikit. Pengakuan itu, dikatakan Sri dalam seminar nasional yang diadakan Program Pascasarjana Kampus Prof Dr Moestopo.

Ia menerangkan perang dagang itu bermula dari kebijaksanaan politik kacamata kuda Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dengan semboyan America First dalam kobarkan perang dagang dengan Cina.

Trump meneror kenakan biaya 10 % untuk import barang dari China sejumlah 200 miliar dolar AS. Pengakuan Trump pada 18 Juni 2018 itu tingkatkan kemelut perang dagang bertaraf besar dengan Beijing.

Trump menjelaskan ini adalah balasan atas ketetapan China, yang kenakan kenaikan biaya import sejumlah US$50 miliar.

Awalnya, Cina menjelaskan turut meningkatkan biaya import barang dari Amerika Serikat jadi balasan atas ketetapan Trump meningkatkan biaya import dari Cina dengan nilai US$50 miliar.

Perang dagang AS - Cina menyebabkan turbulensi ekonomi global. Sri memberikan tambahan Indonesia mempunyai Komite Kestabilan Skema Keuangan (KSSK), yang bekerja mengadakan mencegah serta perlakuan kritis skema keuangan untuk melakukan kebutuhan serta ketahanan negara di bagian ekonomi.

KSSK bekerja mengkoordinasi pengamatan kestabilan keuangan, mengatasi kritis skema keuangan, serta mengatasi persoalan bank sistemik dalam keadaan kestabilan skema keuangan normal atau kritis.

Anggota KSSK ialah Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, serta Ketua Dewan Komisioner Instansi Penjamin Simpanan. Usaha memantapkan ekonomi dikerjakan dari luar dan dalam negeri dengan simultan. Dari dalam negeri dikerjakan pembangunan infrastruktur yang berbasiskan memajukan perekonomian rakyat luas, keperluan sembako terpenuhi, mendesak inflasi, fiskal sehat, utang luar negeri terbangun, serta utang pemerintah.

Di luar, kestabilan ekonomi dikerjakan lewat kemitraan diantaranya dengan beberapa negara Cina, Singapura, serta Jepang.

Kerja sama Bank Indonesia serta Otoritas Moneter Singapura berbentuk repo serta local currency swap sejumlah US$ 10 miliar. Persetujuan Bank Indonesia dengan Bank Sentra Jepang berbentuk amandemen kesepakatan kerja sama Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan nilai sarana swap sebesar 22,76 miliar dolar AS.

Hasil usaha memantapkan keadaan ekonomi serta sosial nasional diantaranya, pertama, Perkembangan Produk Domestik Bruto pada tempat 5-10 % di atas Turki, Thailand, Malaysia, Singapura, serta dibawah India, Vietnam, Cina, Filipina.

Ke-2, Produk Domestik Bruto per kapita Indonesia tumbuh dari US$ 585 (1990) ke US$ 3.847 (2017) di atas Filipina.

Ke-3, Gross Domestic Product (GDP) perkapita dalam kemampuan kesetimbangan sampai di atas satu.

Ke empat, pengangguran dari 11,24 juta (2005) alami penurunan sampai 5,13 Juta (Febuari 2018). Ke lima, Kemiskinan dari 40 juta (1970) alami penurunan jadi 9,82 juta (Maret 2018). Sumber CEIC serta BPS 2018).

Sri Adiningsih menerangkan jika lebih penting daripada kesuksesan hadapi turbulensi ekonomi global, ialah hentikan sumber turbulensi tersebut.

Presiden RI Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat, 12 Oktober 2018.

Jokowi menjelaskan jalinan antarnegara-negara ekonomi maju makin lama makin kelihatan seperti Game of Thrones.

Pidato itu dengan benar-benar keras mengkritik beberapa negara adikuasa tapi dikatakan dengan style yang enak didengar, tuturnya.

Disebut, dalam serial Game of Thrones, beberapa Great Houses, Great Families bertanding hebat di antara keduanya, untuk menggantikan kendali The Iron Throne.

Siapa saja yang menang, perang ialah bencana yang tetap memunculkan banyak korban, kesengsaraan, serta rasa sedih. Semoga pidato Presiden itu bisa sentuh hati beberapa pemimpin dunia, berharap Ketua Dewan Alasan Presiden itu.

ANTARA

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar